Jumat, 15 Oktober 2010

Pagi ini, Tumbang di Ibu Kota

Aku selalu kuatir kalo tiba-tiba jatuh sakit, sendirian, dan dinegeri orang.
Nggak tau siapa yang bakal nolong, gag tau siapa yang bakal mijitin,gag tau siapa yang bakal kerokin punggung, gag tau sapa yang bakal beliin obat, gag tau siapa yang bakal bikinin teh anget…*hal2 kayak gini yang selalu bikin kangen banget sama suasana rumah*

Dan pagi ini…itulah yang terjadi.
Siklus kewanitaan baru saja datang dan membuat perutku melilit lit lit lit...
*padahal udah lama gag ngerasa kayak gini*
Karena ada yang harus dikerjakan di kantor, aku tetap nekat berangkat.
Da
ri kosan ke halte Monas.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Transjakarta arah Blok M dateng juga.
Seperti biasa, sudah penuh.
Jadi aku tetap harus berdiri karena gag keliatan kayak orang hamil yang biasa dibagi kursi.
Parahnya lagi posisi berdirinya deket sama AC dan susah buat geser2 lagi.
Semakin lemes dan gemeterannn…

Baru jalan satu halte, aku udah nggak kuat. Akhirnya kuputuskan untuk keluar dari bis di halte Bank Indonesia. Alhamdulillah nemu tempet duduk disitu.
Dan akupun teronggok disana. Keringet dingin, gemeteran, lemes….
Gag tau mesti naek turun dari jembatan busway pake tenaga yang mana.
Akhirnya aku cuma bisa duduk meringkuk di halte sambil ngumpulin tenaga.
Sampai ada mba-mba yang jaga halte dateng…
“Mba-mba…kenapa ? sakit ya ? mau pake ini ?” sambil menawarkan minyak kayu putih.
Aku cuma bisa kasih senyum getir, dan menyakinkan si mbaknya kalo aku akan segera baik2 saja. Minyak kayu putih tidak kuterima karena perutku masih berasa panas balsam yang kupakai sebelum berangkat.

15 menit meringkuk di kursi itu dan berasa sia-sia, akhirnya aku nekad jalan dan masih gemeteran. Sebelum pergi, lagi-lagi aku diyakinkan sama mas-mas yang jaga halte buat ati-ati karena katanya mukaku udah pucet banget. Untung dibawah tangga halte persis udah ada tukang ojek nangkring. Tanpa nawar, aku langsung bilang…”Bang, Cikini…”
Si abang langsung sigap, kasih helm sambil siapin motornya,” Neng sakit ya ? Pusing neng ? Sabar neng…..” si abang ojek langsung ngebut, anter aku ketempet tujuan. Aku cuma bisa pegangan ujung jaket kulitnya dan berharap gag rontok dijalan.
Sampe di kosan.
Udah disambut mba ana, si mbak yang biasa cuci baju di kosan.
“Lhah…mba ai kok pulang lagi ? kenapa mba ? sakit ? mau dikerokin ?“
rentetan pertanyaannya cukupp aku jawab dengan 2 kali muntah di lantai :D

Yah…itulah pagiku hari ini. Satu hal yang ingin aku sampaikan dalam tulisan ini. Bahwa dimanapun kita berada, lingkungan kita yang harus menjadi keluarga kita. Kekhawatiran aku tentang betapa aku akan sendirian ketika sakit pun harus segera aku hapus dengan menciptakan keluarga baru di ring pertama lingkunganku sekarang. Karena pada akhirnya merekalah yang akan menolong kita di perantauan ini. Hmmm….terimakasih mba-mas transjakarta, abang ojek, dan mba ana yang udah pijit-pijitin punggungku tadi..:)

Tumbang

Jumat, 01 Oktober 2010

Could it be United without Changing its Color?

Could it be United without Changing its Color?

Yes friends, this is my curiosity...and will always be...
As long as, it still looks beautiful 
As long as, it complements each other
As long as, it reveals happiness
As long as, it doesn't hurt each other
As long as, it can still achieve the main purpose of life, GOD

WHY IT SHOULD CHANGE ITS COLOR ?

Please give me a reason without bringing any selfishness that your believe is the best one (even it's true).

*I do really need your Enlightenment, God :')*
 


Selasa, 31 Agustus 2010

Energi Berbagi Kursi

Kali ini aku ingin berbagi tentang ’Mencari Energi’ di Ibu Kota. Tentunya tulisan ini dilatar belakangi pengalaman pribadi mengelola emosi diri dan ke-BETE-an yang kadang memuncak lalu meledak, bahkan hanya karena dipicu masalah sepeleee...
Tapi tenanggg...ada beberapa tips untuk mengembalikan energi yang terkuras cuma gara-gara berantem sama kondektur yang gag mau berentiin kopaja atau karena dimarahin sama sesama penumpang bis gara-gara sepatunya keinjek oleh kaki saya :D
  1. Berbuat Baik 
    Ini yang kumaksud dengan ’berbagi kursi’. Ya, salah satu contoh berbuat baik mungkin dengan berbagi tempat duduk pada yang lebih membutuhkan ketika di angkutan umum. Kakek Nenek, wanita hamil, ibu-ibu yang ribet gendong anak kecil atau siapapun yang kira-kira akan sangat bersyukur ketika kita memberikan kursinya ke mereka. Dan hal yang tidak tergantikan adalah ketika mereka mengucapkan terimakasih dengan senyum yang merekah.... dan bahkan suatu saat nenek itu mengelus punggungku ketika aku memberikan tempat duduk yang tak seberapa kepada cucunya.
  2. Berbuat lebih
    Terkadang sekelebat ke-Bete-an datang hanya karena kita gagal nawar harga bajaj dan langsung ditinggal pergi plus dimaki-maki. Nah, sesekali bolehlah kita kasih tips sama tukang bajaj yang udah tua dan baik hati yang telah mengantar kita sampai ke tujuan dengan semangatnya. Kalo tadi udah berhasil nawar jadi 10 rebu, kasihnya 15 rebu. Yang 5 rebu adalah ongkos untuk membuat dia tersenyum dan mengalirkan energi senyumannya ke jiwa kita.
  3. Menjalin kembali komunikasi dengan teman lama
    Terkadang teman lama sudah meluangkan waktu untuk SMS kita. Tapi dasar sok sibuknya kita, SMS nya hanya seperti SMS dari provider yang menawarkan produk barunya. No Reply. Mungkin kalo pas waktu luang, bisa tuh buka-buka inbox dan lihat-lihat sms yang belum terbalas. Bagusan lagi kalo dibales pake telpon, bagusan lagi kalo sekalian ketemuan. Sadar nggak sadar, sahabat lama adalah sumber energi me-recharge hati kita ketika penat, mulai dari omongan kualitas tinggi, berbagi mimpi sampe ke yang gag mutu.
  4.  Telpon keluarga
    Nah ini nih yang manjurrrrrrrr...... terutama buat para perantau. Kehidupan di tempat baru pasti menyita perhatian. Dan itu semua pasti membuat komunikasi untuk keluarga menjadi berkurang. Menelpon keluarga dirumah seketika saat kita luang pasti bisa jadi bahan bakar melanjutkan aktivitas selanjutnya. Mungkin saja ibu bapak dirumah sebenernya udah pengen nelpon kita duluan, hanya karena takut mengganggu aktivitas kita maka mereka jadi mengurungkan niatnya. Nggak ada yang lebih berharga selain mendengar kabar mereka baik-baik saja disana...
  5. Lapor kepada-Nya 
    Dan apapun yang telah kita usahakan untuk mengisi kembali energi kita, TUHAN adalah sumber jawabannya. Ketika ternyata energi itu tak kunjung kembali, ketika ternyata suasana tak sesuai keinginan hati, ketika ternyata rencana tak dapat terlaksana, maka kepada-Nya kita harus kembali.

Everything Happens for Good Reasons. 

Ceritakan kepada-Nya, tidur, dan ketika kamu bangun, semuanya akan baik-baik saja.
Selamat berbagi kursi, ehh... energi!;)


Enjoy the chair ? or share?

Kamis, 29 Juli 2010

Tentang Pilihanku, Sebagai PNS

Tulisan ini berawal dari status FBku awal bulan Juli ini :

Baru nyadar, 2 minggu ini aku akan berhenti memikirkan : hari ini makan apa, ke kantor naek apa, di kantor dapet tugas apa, pulang kantor jam berapa. Waw..Senangnya jadi PNS, belajar dan dibayar...Alhamdulillah...^^

Dan ternyata status itu mengundang teman lamaku berkomentar : Dulu aku pengen daftar pns,kata kamu ga usah.kata kamu masih muda,tar kaget.tapi ternyata kamu sekarang jadi pns :(

Terhenyak membacanya...
*merasa bertanggung jawab tepatnya*

Jadi ingin berbagi sedikit tentang pilihanku ini. Karena sejujurnya munculnya status itu tidak semudah bagaimana kalimat itu terlihat secara kasat mata. Dan sampai sekarang pendapatku masih sama. Menyarankan untuk mencoba swasta dulu sebelum PNS dengan pertimbangan:

  1. PNS adalah sebuah pekerjaan yang permanen. Sekali masuk, perlu berpikir ribuan kali jika ingin keluar, karena kalo udah keluar gag bisa masuk lagi. Makanya ada baiknya icip kanan kiri dulu dan cari mana yang paling enak.
  2. Gaji PNS yang kecil. Golongan IIIa = Lulusan S1 = 1,7 jt. 
    *try to mention it clearly to be considered:P. Jadi kalo kerja di swasta dulu paling nggak bisa icip-icip gaji gede^^

Tapi ternyata...9 bulan setelah lulus kuliah dan setelah 2 kali mencicipi pekerjaan semi swasta, aku keterima jadi PNS. Awalnya, bukannya happy, berbunga-bunga, loncat kegirangan, atau ekspresi senang lainnya yang keluar. Aku justru hanya memandang layar monitor berisi pengumuman itu dan terpaku dengan jutaan bayangan...pekerjaan permanen, statis, jam kerja gag fix, lembur tanpa uang lembur, dan penyusutan gaji:P
Walau pada akhirnya inilah yang kupilih, mulai Desember 2009. 

Dalam proses ini aku terus mencari-cari jawaban, apakah memang ini jalanku ?
Sampai pada titik aku menemukan jawaban bahwa Tuhan tidak pernah berhenti memberikan bukti bahwa rencana-Nya lah yang terbaik.  

So buat teman lamaku, dan mungkin teman-teman lain yang sedang bingung memilih, mungkin beberapa alasan pribadiku dibawah ini dapat membantu memberikan pertimbangan dalam memilih langkah untuk masa depan (*maaf kalo sangat subyektif :P) :

  1. Aku perempuan 
    Aku menganggap pns adalah pekerjaan yang ’aman’ bagi perempuan. Dari segi penghasilan (yang masih bisa dibackup sama suami :P), jam kerja, dan stabilitas pekerjaan. Tingkat flexibilitas PNS juga tinggi *bisa diartikan banyak hal*. Kalo buat laki-laki ? Cukup aman juga kok. Tapi semua tetap tergantung bagaimana kita berprestasi dan membawa diri. 
  2. PNS bukan pekerjaan statis
    Mitos ’PNS nganggur’, masih berlaku kok. Tapi semua itu sangat tergantung pada bagaimana kita ingin memaknai pekerjaan dan diri kita. Mau nganggur boleh, mau kerja, banyak yang bisa dikerjakan. Masalah negara numpuk gag karuan, harusnya gag mungkin PNS nganggur kan ?
  3. Siap ditempatkan dimana saja
    Ini yang bikin keder.  Kalimat-Yang-Harus-Ditandatangani-Dengan-Materai ini cukup bikin khawatir. Tapi lagi-lagi karena aku perempuan, alasan ’ikut suami’ akan mungkin dipertimbangkan. Buat yang sangat tidak siap ditempatkan dimana saja, aku tidak menyarankan untuk masuk kementerian P* ini yang cabangnya ada diseluruh Indonesia. Tapi buat yang siap mengabdi untuk masyarakat dimanapun mereka berada, tempat ini ladang amalnya. 
  4. Hak dan fasilitas PNS 
    Hak dan fasilitas yang akan diterima seorang PNS cukup menenangkan hati. Mulai dari asuransi kesehatan, cuti, beberapa jenis tunjangan sampai uang pensiun.
  5. Ini semua tentang Pengabdian
    Dannnn...... inilah pointnya. Pengabdian.
    Mind set ini musti dibangun dari awal, dan diingatkan setiap saat untuk mengurangi keluhan-keluhan yang (sangat) mungkin datang kemudian. PNS adalah tentang bagaimana kita mengabdikan diri kita untuk melayani masyarakat.

Fiuhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.........*lap keringet*

Yah...dimanapun kita berada yang penting kerja keras dan ikhlas. Sisanya, porsinya yang Maha Memberi dan Menganugerahi. Aku percaya bahwa tiap peran sudah ditentukan, dan lagi-lagi tinggal bagaimana kita memaknai peran itu. 

Semangat-semangatt...tentukan pilihan kalian...*Choky Sitohang mode On*


 Dedicated to my Friend, David Tanama 

Minggu, 06 Juni 2010

My-Super-Mom-Birthday

Hari ini Ibu ulang tahun yang ke 53.
Aku tidak tahu bagaimana harus mengucapkan terimakasih padanya yang telah mengabdikan separuh hidupnya bagi keluarga.
Ucapanku tadi pagi lewat telpon rasanya tidak cukup.
Tapi mendengar ceria suaranya lewat telepon menjadi mencukupkan semua hal.
*Terimakasih ya Alloh, masih diberi kesempatan ini*
Selesai aku mengucapkan doa untuknya, ibu menjawab,
” Makasih ya Dek, wah...kontrak hidupnya berkurang setaun ni....”
Seperti mendengar realita yang tidak ingin dihadapi ketika meniup lilin ulang tahun...
Well, the time is keep ticking....

Tapi bukan ke mellow-an ini yang ingin kubagi. Tapi kebanggaanku pada sosoknya yang ingin kucatat disini.

  1. Ibuk selalu bisa bangun paling pagi meski tidur paling malam diantara kami
  2. Ibuk paling nggak bisa kalo nggak sibuk. *Guru di SMK, Guru Kursus Jahit Modiste Yudiasari, Ngurusin Butik FloFash, Ketua IPBI dan Lembaga Sertifikasi Profesi, dan sampe rumah berubah jabatan jadi Ibu Rumah Tangga dan Nenek momong Cucu*
  3. Ibuk nggak pernah berhenti belajar *koleksi sertifikatnya lebih banyak dari punya anak2nya, Cuma tinggal belajar pake computer sama internet yang masih diawang-awang*
  4. Ibuk selalu bikinin susu mulai dari aku bayi sampe aku selesai sekolah S1
  5. Ibuk Hebat dalam urusan jahit-menjahit dan permak memermak baju *satu benang lepas pun selalu terlihat dimatanya*
  6. Ibuk jago dalam urusan masak *walo lebih sering beli lauk di warung kalo weekday*
  7. Ibuk adalah Guru yang tidak perlu diragukan keahliannya *untuk anak-anak dan murid-muridnya*
  8. Ibuk selalu bisa ceria di depan bapak meski udah dicuekin abis-abisan sama babe *wuakakakak*
  9. Ibuk adalah orang yang kuat memegang prinsip-prinsipnya.
  10. Dan Ibuk ... orang yang selalu ingin berbagi kasih dan kebaikan bagi orang lain. Paling tidak, itu yang diniatkan dalam hatinya**

    **List ini mungkin bertambah sewaktu :D

    Yang jelas, dimataku, ibu adalah kombinasi sempurna antara ibu rumah tangga dan wanita karir dengan selalu menegaskan bahwa Quality Time is more than Quantity bagi keluarga. Tetap Seimbang.
    Semoga besok bisa kucontoh ya bukkk....Dan tentang " Time is Keep Ticking...", Tidak ada waktu lagi untuk menyia-nyiakan kehadiran orang-orang yang kita sayang disekitar kita. Berusaha selalu memberikan yang terbaik tanpa kecuali, because time is keep ticking...

Happy Birthday and Love You Mom!!!

Ulang Tahun Ibu 3 Tahun yang Lalu

Jumat, 21 Mei 2010

Hari Kebangkitan Nasional

Hari kebangkitan nasional, harus kumaknai dengan apa ya?

Konkritnya, hari ini menjadi hari kebangkitan Blogku “Ideas Of Aidhias” #2 *horeee*.
Cukup tentang euphoria kebangkitan blog, sekarang tinggal bagaimana mengkonsistenkan diri untuk terus menulis dan kembali berbagi nilai ^^

102 tahun yang lalu, lahir organisasi pemuda bernama Budi Utomo, yang merupakan awal pergerakan untuk mencapai kemerdekaan yang dimotori oleh Pemuda. Yup, PEMUDA. Kata sederhana ini seperti menyimpan banyak energy yang menanti untuk di sulut. Ketika zaman perjuangan kemerdekaan, dengan semangat yang menggebu, tekad yang kuat serta pemikiran yang matang, mereka membuat langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan kemerdekaan. Pemuda mengambil peran penting dalam proses Indoensia mencapai kemerdekaannya.
Dan sekarang, aku merasa ‘bola’ ini sedang ada ditangan kita (baca. Yang lagi ngebaca blog ini *hayoo loo*). Tinggal kearah mana kita mau menggiringnya dan bagaimana caranya. Peran kita sudah ditentukan.

Aku, hari ini harus berangkat jam 7 pagi dan pake baju Korpri *kegedean, yang abis beli dari pasar mayestik kemaren siang harga 70rebu* buat ikut Upacara Bendera Hari Kebangkitan Nasional. Yup, itu peran yang sudah aku pilih. Mengabdi pada Negara lewat profesi Pegawai Negeri Sipil di sebuah Kementerian Negara (ternama) *congkak*.

I’m So Excited!
Hormat Inspektur Upacara, Menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta, Membaca Pancasila, membaca doa dan mendengar amanat upacara. Semua hampir sama dengan prosesi upacara ketika jaman sekolah, kecuali 2 hal.
Pertama, upacara yang sekarang ada marching bandnya *jadi tambah seru dan semangat*
Kedua, upacara kali ini ada prosesi pembacaan Panca Prasetya Korpri (Janji/komitmen PNS)*jadi berasa ada yang berat:P*

Gini isinya, 

Kami anggota KORPRI yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, adalah insan yang :
  1. Setia dan taat kepada Negara Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
  2. Menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara serta memegang teguh rahasia jabatan dan rahasia negara.
  3. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan.
  4. Bertekad memelihara persatuan dan kesatuan bangsa serta kesetiakawanan Korps Pegawai Republik Indonesia.
  5. Berjuang menegakkan kejujuran dan keadilan, serta meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme.

    Abis selesai ngikutin prosesi pembacaan, aku ngelirik ke temen sebelah …
    ” Cor, ngikutin gag tadi?”
    “Kagak, gw cuma lipsing.”
    *mlongo*

    Dan itu berarti, tadi pagi aku baru saja mengucap janji….
    Jalan sudah diambil, peran sudah dipilih, tinggal bagaimana merealisasikan wujud konkrit sumbangsih pemuda (kayak kita) pada Negara^^
    *hosh..hosh..hosh....lap keringet*

    Upacara tadi pagi pake baju Korpri, hihihi